Berita Bola

Sabtu, 21 Maret 2015

Torino FC




Walau relatif kalah populer ketimbang sang rival sekota, Juventus, Torino toh punya prestasi membanggakan berupa tujuh trofi scudetto dan lima Coppa Italia. Bahkan, bila tak ada kejadian nahas tragedi Superga yang menewaskan nyaris seluruh anggota Il Grande Torino pada 1949, bukan mustahil Granata masih berstatus klub elite saat ini.



Berdiri pada 1906, dipelopori beberapa eks Juve pimpinan Alfredo Dick, yang tak puas dengan rencana pemindahan markas klub keluar Turin, pengusaha Swiss, Hans Schoenbrod, serta Vittorio Pozzo, yang kemudian menjadi pelatih legendaris timnas Italia, Torino langsung menjadi runner-up di kejuaraan nasional Italia (cikal-bakal Serie A) pada 1907.

Keluar sebagai yang terbaik pada 1926/27, Il Toro mesti rela titel mereka dilucuti akibat pengaturan skor. Meski begitu, semusim berselang tim akhirnya meraih gelar Serie A untuk kali pertama secara valid.

Era kejayaan Torino tergelar pada 1940-an, di mana mereka mencaplok lima scudetto -- empat di antaranya berturut-turut. Skuat generasi inilah yang tenar dengan sebutan Il Grande Torino (Torino yang Hebat). Sayang, seperti telah diungkapkan di atas, kedahsyatan pasukan ini tak bisa disaksikan lebih lama lagi karena insiden Superga.

Karena itu pula, Torino sempat kewalahan mengarungi kompetisi, bahkan terjatuh ke Serie B pada 1958/59 meski langsung promosi lagi musim berikutnya. Baru pada 1975/76 Si Banteng kembali memuncaki klasemen akhir Serie A.

Rutin bolak-balik antara Serie A dan B di pengujung 1980-an, Torino bangkit lagi pada periode awal 1990-an dengan menjadi runner-up Piala UEFA 1991/92 dan kampiun Coppa Italia 1992/93.

Namun, sesudah itu mereka kembali terbenam. Yang terparah, Granata dicoret dari persepakbolaan Negeri Spageti oleh FIGC karena krisis finansial pada 2005, padahal kala itu mereka baru merebut tiket promosi ke Serie A.

Beruntung, berkat aturan hukum Lodo Petrucci, di mana klub 'pewaris langsung' tim yang telah dicoret berhak langsung ikut kompetisi satu divisi di bawah tim yang dicoret tersebut, Torino bisa cepat kembali. Dalam hal ini, Il Toro, yang kemudian dibeli pebisnis Urbano Cairo, bisa langsung terjun ke Serie B 2004/05 sebagai 'klub baru' bernama Torino FC (sebelumnya Torino Calcio).

Kembali ke Serie A pada 2006/07, Si Banteng lagi-lagi terelegasi pada 2008/09, dan stagione 2012/13 akan menjadi partisipasi pertama klub di kasta teratas Italia setelah absen tiga tahun.

Prestasi:
Tujuh kali juara Serie A (1927/28, 1942/43, 1945/46, 1946/47, 1947/48, 1948/49, 1975/76); lima kali juara Coppa Italia (1935/36, 1942/43, 1967/68, 1970/71, 1992/93); tiga kali juara Serie B (1959/60, 1989/90, 2000/01); satu kali juara Piala Mitropa (1990/91); satu kali juara Memorial Pier Cesare Baretti (1990); satu kali juara Piala Amicizia (1960).

Tiga Pemain Bintang:
- Angelo Ogbonna
Melakukan debut untuk Torino pada 2007, nama Ogbonna melesat dalam dua musim terakhir. Tahun lalu, ia menerima panggilan ke timnas Italia untuk kali pertama walau Torino gagal promosi dari Serie B.

Pada 2011/12 kiprah apik Ogbonna bersama Granata berujung kepada kesempatan menjadi bagian Gli Azzurri di Euro 2012. Disebut-sebut sebagai salah satu bek sentral dengan prospek cerah di Tanah Piza, pemain 24 tahun berdarah Nigeria itu merupakan salah satu figur kunci Torino menyabet tiket kembali ke Serie A 2012/13.

Ia memastikan Granata hanya kebobolan 28 gol di Serie B musim lalu, paling minim di antara 22 peserta. Menarik disimak aksi Ogbonna dalam menghadang bomber-bomber Serie A.

- Matteo Brighi
Gagal bersinar semasa dipinjam Atalanta musim lalu, Brighi juga terbuang saat kembali ke AS Roma. Torino pun dituju sebagai tempat untuk menata kembali karier dengan lebih baik. Seperti Atalanta, Toro juga mendatangkan gelandang 31 tahun ini dengan status on loan.

Brighi sendiri menegaskan problem cedera yang kerap menghantuinya di kampanye 2011/12 sudah berlalu, dan ia siap mengarungi petualangan anyar di Turin. Walau mesti bersaing dengan centrocampista baru lain, yaitu Alessandro Gazzi (dari Siena), Brighi cukup layak dijagokan mendapat tempat di lini tengah Torino.

- Gianluca Sansone
Mencetak 20 gol untuk Sassuolo di edisi 2011/12, Sansone gagal mengantar tim ke Serie A. Mereka kandas di babak play-off promosi. Meski begitu, sang striker sendiri tetap menanjak ke kasta teratas dengan menerima pinangan Torino.

Dengan telah hengkangnya goal-getter andalan Torino musim lalu, Mirko Antenucci, ke Catania, Sansone nyaris pasti bakal menjadi pilihan utama sebagai pendamping kapten Rolando Bianchi di lini depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar